Rele Proteksi pada Saluran Transmisi dan Gardu Induk
Rele Proteksi pada Saluran Transmisi dan Gardu Induk
A. Pengertian Relay Proteksi
Relay proteksi adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan lain.
B. Perangkat Sistem Proteksi
Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut :
- Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya memberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT).
- Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran listrik primer dari sistem yang diamankan ke relay (besaran listrik sekunder).
- Pemutus Tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.
- Batere beserta alat pengisi (batere charger) sebagai sumber tenaga untuk bekerjanya relay, peralatan bantu triping.
- Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sisrkit sekunder (arus dan/atau tegangan), sirkit triping dan sirkit peralatan bantu.
Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama, seperti pada blok diagram dibawah ini :
Gambar 1 Blok diagram relei proteksi
Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
- Elemen pengindera. Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.
- Elemen pembanding. Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
- Elemen pengukur/penentu. Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Pada sistem proteksi menggunakan relay proteksi sekunder digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Rangkaian Relay Proteksi Sekunder
Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energi/penggerak adalah sumber arus searah atau batere.
C. Jenis-jenis Relay Proteksi
- Relay Jarak / Distance Relay
Relay jarak atau distance relay digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai cadangan atau backup untuk seksi didepan. Relay jarak bekerja dengan mengukur besaran impedansi (Z), dan transmisi dibagi menjadi beberapa daerah cakupan pengamanan yaitu Zone-1, Zone-2, dan Zone-3, serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP) sebagai upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif didalam daerah pengamanannya.
- Relay Arus Lebih
Relay arus lebih merupakan relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah juga pada pengaman transformator tenaga. Relay ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.
Jenis relay arus lebih:
- Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya arus hubung singkat, makin besar makin cepat. Pada koordinasi antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus dan waktu sekaligus.
- Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay definit/invers apabila diperlukan waktu kerja yang lebih cepat misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat besar.
- Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya arus hubung singkat yang melaluinya. Waktu kerjanya disetel tertentu dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja pengaman didepan dan dibelakangnya.
Gambar 3. Bentuk Fisik dari Relay Arus Lebih
3. Relay Differensial
Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan relay arus lebih hanya saja lebih peka karena harus bekerja terhadap arus yang kecil. Perbedaan dengan relay arus lebih terletak pada rangkaian listrik yang bertugas mendeteksi arus.
Gambar 4. Skema dan Bentuk Fisik Relay Diffrensial
4. Relay Gangguan Tanah Terbatas
Relay gangguan tanah terbatas ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap tanah didalam daerah pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh relay differential, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.
Gambar 5. Single diagram Relay Gangguan Tanah Terbatas
5. Directional Comparison Relay
Directional Comparison Relay merupakan relay penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika kedua relay pada penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relay akan bekerja. Cara kerjanya ada yang menggunakan directional impedans, directional current dan superimposed.
Gambar 6. Gambar Single Line Diagram Directional Comparison Relay
6. Relay Hubung Tanah (GFR)
Relay hubung tanah merupakan relay Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.
Gambar 7. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR
7. Relay Bucholtz
Relay Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan setempat dalam minyak transformator. Penggunaan relay deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang umumnya menghasilkan gas.
Gambar 8. Bentuk Fisik dari Relay Bucholtz
8. Relay Jansen
Relay Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap (tap changer) dari transformator.
Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem tap changer ,digunakan pengaman yang biasa disebut :Relay Jansen (bucholznya Tap changer).
Jenis dan tipe relay jansen bermacam-macam bergantung pada merk Trafo: misalnya RS 1000,LF 15,LF 30.
Relay jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyaktap changer.
Gambar 9. Bentuk Fisik dari Relay Jensen
9. Relay Zero Sequenze Current
Relay zero sequenze current memiliki konstruksi dan prinsif kerja seperti relay arus lebih, hanya rangkaian arusnya yang bertugas mendeteksi arus zero sequenze yang berbeda. Juga karena arus zero sequenze ini ordenya lebih kecil maka relay arus zero sequenze ini juga harus lebih peka dari relay arus lebih.
Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan IT sama besarnya (Simetris) masing-masing berbeda fasa 1200 , sehingga arus melewati kumparan Zo =0. tetapi apabila ada gangguan hubung tanah maka keadaan arus setiap fasa tidak simetris lagi dan mengalirkan komponen arus urutan nol lewat kumparan Zo sehingga relay arus zero Sequenze bekerja.
Gambar 10. Rangkaian Arus Relay Zero Sequencec Cureent dan Diagram Vektornya
10. Relay Tekanan Lebih
Relay Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada transformator, dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan menggunakan membrane.Tekanan lebih terjadi karena adanya flash over atau hubung singkat yang timbul pada belitan transformator tenaga yang terendam minyak, lalu berakibat decomposisi dan evaporasi minyak, sehingga menimbulkan tekanan lebih pada tangki transformator.
Gambar 11. Bentuk Fisik dari Relay Tekan Lebih\
D. Fungsi dan Peranan Relay Proteksi
Fungsi dan peranan pemasangan relay proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :
- Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem.
- Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
- Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
- Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.
- Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
E. Syarat-syarat Relay Proteksi
Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan pengamanannya.
Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.
Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil.
Relay proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.
Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relay gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pda peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas.
Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.
Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.
F. Penyebab Terjadinya Kegagalan Proteksi
Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan yang parah akibat gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau kalau gangguan itu disebabkan karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di dalam peralatan), maka kerusakan itu dapat dibatasi sekecilnya.
Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal sehingga kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau pada bagian sistem /peralatan yang dilalui arus gangguan dapat dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga.
Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi dan ketidak stabilan sistem.
Tangki trafo daya yang menggelembung atau jebol akibat gangguan biasanya karena kegagalan kerja atau kelambatan kerja proteksi.
Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi juga akan mengakibatkan bekerjanya proteksi lain disebelah hulunya (sebagai remote back up) sehingga dapat mengakibatkan pemadaman yang lebih luas atau bahkan runtuhnya sistem (collapse).
Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :
- Relaynya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.
- Setelan (seting) relaynya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat).
- Baterenya lemah atau kegagaLan sistem DC suply sehingga tidak mampu mengetripkan PMT-nya.
- Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
- Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.
- Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh arus gangguanya terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan (interupting capability), atau kemampuan pemutusannya telah menurun, atau karena ada kerusakan.
- Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak yang kurang baik.
- Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
- Trafo arus terlalu jenuh.
G. Gangguan Pada Sistem Penyaluran
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan.
Gangguan pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada pembangkit, jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan sistem dan non sistem.
- Gangguan sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.
- Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis dengan AutoRecloser.
- Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.
- Gangguan non sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja PMT terbuka oleh karena relay yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non–sistem.
Jenis-jenis gangguan non-sistem antara lain :
- kerusakan komponen relay ;
- kabel kontrol terhubung singkat ;
- interferensi / induksi pada kabel kontrol.
H. Relay Proteksi Busbar
Sebagai proteksi utama busbar relay yang digunakan adalah relay differensial, yang berfungsi mengamankan pada busbar tersebut terhadap gangguan yang terjadi di busbar itu sendiri.
Konfigurasi Busbar ada 3 macam :
- Busbar tunggal ( Single Busbar ).
- Busbar ganda ( Double Busbar ).
- Busbar 1,5 PMT.
Gangguan pada busbar relatif jarang (kurang lebih 7 % ) dibandingkan dengan gangguan pada penghantar (kurang lebih 60 %) dari keseluruhan gangguan tetapi dampaknya akan jauh lebih besar dibandingkan pada gangguan penghantar, terutama jika pasokan yang terhubung ke pembangkit tersebut cukup besar.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh gangguan di bus jika gangguan tidak segera diputuskan antara lain adalah kerusakan instalasi, timbulnya masalah stabilitas transient, dimungkinkan OCR dan GFR di sistem bekerja sehingga pemutusan menyebar.
Persyaratan yang diperlukan untuk proteksi busbar adalah :
- Waktu pemutusan yang cepat (pada basic time)
- Bekerja untuk gangguan di daerah proteksinya.
- Tidak bekerja untuk gangguan di luar daerah proteksinya.
- Selektfi, hanya mentripkan pmt-pmt yang terhubung ke seksi yang terganggu.
- Imune terhadap malakerja, karena proteksi ini mentripkan banyak pmt.
Jenis/pola proteksi busbar banyak ragamnya, tetapi yang akan di bahas disini adalah proteksi busbar diferensial dengan jenis low impedans dan high impedans.
- Relay Diferensial High Impedance
Relay ini memiliki impedansi tinggi yang umumnya bersifat resistif pada rangkaiannya. Resistansi tinggi ini berfungsi untuk menimbulkan tegangan ketika dilalui arus pada sisi sekunder CT. Oleh sebab itu, relay diferensial ini di setting berdasarkan nilai tegangan yang muncul pada relay tersebut. Hubungan nilai setting tegangan dan setting arus yang digunakan di dasarkan pada hukum ohm dengan menggunakan resistor dengan nilai tertentu. Selainitu, resistansi tersebut juga berfungsi untuk mengatasi dampak adanya saturasi pada salah satu CT yang digunakan pada skema proteksi tersebut.
Setiap CT yang ada pada fasa yang sama seluruhnya dihubungkan secara parallel dan setiap feeder yang terhubung pada busbar yang diproteksi harus terpasang CT dengan ratio yang sama. Pada skema diferensial high impedance dibutuhkan adanya resistor dengan nilai resistasi tinggi agar dapat terbangkit tegangan yang pada resistor. Saat terjadi gangguan makaakan muncul arus yang mengalir pada relay. Arus tersebut kemudian menghasilkan tegangan ketika melewati resitor. Apabila nilai tegangan tersebut melebihi nilai setting yang ditentukan maka relay akan segera bekerja mengamankan. Resitor non-liniear dipasang secara parallel dengan relay diferensial untuk membatasi nilai tegangan yang muncul pada relay agar tegangan tersebut berada pada nilai yang aman bagi relay. Ketika terjadi gangguan internal maka pada relay akan muncul tegangan dengan nilai yang sangat tinggi. Resistor ini memiliki karakteristik yaitu nilai resistansinya akan semakin kecil dengan semakin besarnya nilai tegangan.
- Relay Diferensial Low Impedance
Relay busbar jenis low impedance menggunakan skema dimana masing-masing CT yang tersambung ke busbar dihubungkan ke relay secara langsung. Hal ini memungkinkan digunakannya CT dengan rasio yang berbeda. Namun kelemahan dari relay ini adalah harus memiliki modul CT cadangan untuk keperluan pada busbar nantinya. Apabila modul cadangan ini tidak tersedia, maka pada busbar juga membutuhkan penambahan relay busbar baru.
Transformator arus CT berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Dan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
l. Proteksi Trafo Tenaga
Proteksi transrmator daya utamanya bertugas untuk mencegah kerusakan transformator sebagai akibat adanya gangguan yang terjadi dalam petak/bay transformator, disamping itu diharapkan juga agar pengaman transformator dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan selektifitas sistem, sehingga pengamanan transformator hanya melokalisasi gangguan yang terjadi di dalam petak/bay transformator saja.
- Tujuan pemasangan relay proteksi pada trafo tenaga
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi pada transformator daya adalah untuk mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :
- Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
- Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat membahayakan peralatan atau sistem.
- Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
- Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
- Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.
- Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
- Gangguan pada trafo tenaga
Gangguan pada transformator daya tidak dapat kita hindari, namun akibat dari gangguan tersebut harus diupayakan seminimal mungkin dampaknya.
Ada dua jenis penyebab gangguan pada transformator, yaitu gangguan eksternal dan gangguan internal.
Gangguan eksternal sumber gangguannya berasal dari luar pengamanan transformator, tetapi dampaknya dirasakan oleh transformator tersebut, diantaranya gangguan hubung singkat pada jaringan, beban lebih, surja petir.
Gangguan internal adalah gangguan yang bersumber dari daerah pengamanan/petak bay transformator, diantaranya gangguan antar fasa pada belitan, fasa terhadap ground antar belitan transformator, gangguan pada inti transformator, gangguan tap changer, kerusakan bushing, kebocoran minyak atauminyak terkontaminasi, suhu lebih.
- Sistem pentanahan titik netral trafo tenaga
Tujuan pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai berikut :
- Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
- Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).
- Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
- Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).
- Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan lokasi gangguan.
Metoda-metoda pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai berikut :
- Pentanahan mengambang (floating grounding)
- Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)
- Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
- Pentanahan langsung (effective grounding)
- Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
- Peralatan proteksi trafo tenaga
Adapun peralatan yang digunakan pada proteksi trafo tenaga (sesuai SPLN 52-1:1983 Bagian Satu, C) yaitu:
- Relay arus lebih
- Relay arus hubung tanah
- Relay beban lebih
- Relay tangki tanah
- Relay ganggauan tanah terbatas (Restricted Earth Fault)
- Relay suhu
- Relay Bucholz
- Relay Jansen
- Relay tekanan lebih
- Relay suhu
- Lightning arrester
- Relay differensial
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Relay Proteksi, https://www.scribd.com/doc/190683311/Makalah-Relay-proteksi, diakses tanggal 14 Oktober 2017
Sistem Proteksi, http://www.academia.edu/25741265/SISTEM_PROTEKSI ZONA _PROTEKSI, diakses tanggal 12 Oktober 2017
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-36716-2210100145-Paper.pdf, diakses tanggal 12 Oktober 2017
http://erepo.unud.ac.id/10697/3/097b7514a4da1c3ceefe8e8c10959a1f.pdf, diakses tanggal 12 Oktober 2017
Power Point Point Sitem Proteksi Gardu Induk Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN
Komentar
Posting Komentar