GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
. GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
1.
Faktor-faktor Penyebab Gangguan
Sistem
tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan
sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai berikut.
a.
Faktor Manusia
Faktor ini terutama menyangkut
kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya salah
menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan
sebagainya.
b.
Faktor Internal
Faktor ini menyangkut
gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya usia pakai
(ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini bias mengurangi sensitivitas relai
pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.
c.
Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi
gangguan-gangguan yang bersal dari lingkungan di sekitar sistem. Misalnya
cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Di samping itu ada kemungkinan
gangguan dari binatang, misalnya gigitan tikus, burung, kelelawar, ular, dan
sebagainya.
2.
Jenis Gangguan
Jika
ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat dikelompokkan sebagai
berikut.
a.
Tegangan Lebih (Over Voltage)
Tegangan
lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik lebih
besar dari seharusnya.
Gangguan
tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi eksternal dan internal pada sistem
berikut ini.
1)
Kondisi Internal
Hal ini terutama karena isolasi
akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian atau karena resonansi.
Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang
mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan
singkat pada jaringan, kegagalan isolasi, dan sebagainya.
2)
Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal terutama akibat
adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh terkumpulnya muatan
listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan positif dan negatif.pertemuan ini
berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan posisif dengan muatan
negatif, atau awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Bila beda
tegangan ini cukup tinggi maka akan terjadi loncatan muatan listrik dari awan
ke awan atau dari awan ke tanah.
Jika ada menara (tiang) listrik yang
cukup tinggi maka awan bermuatan yang menuju ke bumi ada kemungkinan akan
menyambar menara atau kawat tanah dari saluran transmisi dan mengalir ke tanah
melalui menara- dan tahanan pentanahan menara. Bila arus petir ini besar,
sedangkan tahanan tanah menara kurang baik maka kan timbul tegangan tinggi pada
menaranya. Keadaan ini akan berakibat dapat terjadinya loncatan muatan dari
menara ke penghantar fase. Pada penghantar fase ini akan terjadi tegangan
tinggi dan gelombang tegangan tinggi petir yang sering disebut surja petir.
Surja petir ini akan merambat atau mengalir menuju ke peralatan yang ada di
gardu induk.
b.
Hubung Singkat
Hubung
singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak
bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang
semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar).
Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga
listrik, terutama pada saluran udara 3 fase. Meskipun semua komponen peralatan
listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan
sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan
sebab-sebab lainnya, maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa
berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung
singkat.
Pada
beban isolasi padat atau cair, gangguan hubung singkat bisanya mengakibatkan
busur api sehingga menimbulkan kerusakan yang tetap dan gangguan ini disebut
gangguan permanen (tetap). Pada isolasi udara yang biasanya terjadi pada
saluran udara tegangan menengah atau tinggi, jika terjadi busur api dan setelah
padam tidak menimbulkan kerusakan, maka gangguan ini disebut gangguan temporer
(sementara). Arus hubung singkat yang begitu besar sangat membahayakan
peralatan, sehingga untuk mengamankan perlatan dari kerusakan akibat arus
hubung singkat maka hubungan kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu
diputuskan dengan peralatan pemutus tenaga atau circuit breaker (CB).
Gangguan
hubung singkat yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik 3 fase sebagai
berikut.
1) satu fase dengan tanah
2) fase dengan fase
3) 2 fase dengan tanah
4) Fase dengan fase dan pada waktu
bersamaan dari fase ke 3 dengan tanah
5) 3 fase dengan tanah
6) Hubung singkat 3 fase
Empat
jenis gangguan pertama menimbulkan arus gangguan tidak simetris
(unsymetrical short-circuit). Sedangkan dua jenis gangguan terakhir
menimbulkan arus gangguan hubung singkat simetris (symtrical
short-cirt\cuit). Perhitungan arus hubung singkat sangat penting untuk
menentukan kemampuan pemutus tenaga dan untuk koordinasi pemasangan relai
pengaman.
c.
Beban Lebih (Over Load)
Beban
lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik melebihi
energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering
terjadi terutama pada generator dan transfornator daya. Ciri dari beban lebih
adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih ini dapat menimbulkan
pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada isolasi.
Pada tarnsformator distribusi sekunder yang menyalurkan eneergi listrik pada konsumen
akan memutuskan aliran melalui relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik
oleh konsumen melebihi kemampuan transformator tersebut.
d.
Daya Balik (Reserve Power)
Daya
balik merupakan suatu gangguan berubahnya fungsi generator menjadi motor
(beban) pada sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem
tenaga lsitrik yang terintegrasi (interconnected system). Pada kondisi
normal generator-generator yang tersambung secara paralel akan bekerja secara
serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab,
misalnya gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan
sebagainya, maka akan terjadi ayunan putaran rotor sebagian dari generator pada
sistem tersebut. Ayunannya bisa lebih cepat atau lebih lambat dari putaran
sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan sebagian
berbeban lebih. Dengan demikian terjadi aliran tenaga listrik yang berbalik,
yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik, justru berbalik
menjadi motor yang menyerap tenaga listrik. Kejadian ini akan terjadi pada
sistem tegangan tinggi atau ekstra tinggi yang lebih luas, misalnya pada sistem
tenaga listrik terintegrasi (Jawa-Bali).
Cara
untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan melepas generator yang terganggu
atau melepas daerah yang terjadi hubung singkat secepat mungkin. Gangguan ini
dapat membahayakan generator itu sendiri atau membahayakan sistemnya. Untuk
mengamankan gangguan di atas biasanya pada penyerentakan generator telah dilengkapi
dengan relai daya balik (reserve power relay).
DAERAH
PENGAMAN
Di
dalam pengaman sistem tenaga listrik, seluruh komponen harus diamankan dengan
tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/relai pengaman. Untuk mencapai
hal ini, system tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona) pengamanan.
Setiap
daerah pengaman pada umumnya terdiri atas satu atau lebih elemen sistem tenaga
listrik. Misalnya generator, bus bar, transformator, saluran udara, dan
lain-lain. Agar seluruh sistem tenaga listrik dapat diamankan, maka harus ada
daerah yang tumpang-tindih (overlap). Artinya ada elemen sistem yang diamankan
oleh dua daerah pengamanan.
Setiap
daerah pengaman dijaga oleh relai yang sesuai dengan karakteristik peralatan
yang diamankan. Pada umumnya yang menjadi pembatas pengamanan antarderah
pengamanan ialah trafo arus yang mencatu ke relai.
Agar
daerah pengamanan tumpang-tindih, maka trafo arus A untuk mengamankan daerah B,
sedangkan trafo arus B untuk mengamankan daerah A. Jika terjadi gangguan pada daerah
yang tumpang-tindih maka banyak pemutus beban yang bekerja. Hal ini lebih baik
dan lebih aman daripada ada daerah kosong yang tidak teramankan.
H.
PENGAMAN UTAMA DAN CADANGAN
Untuk
mengatasi adanya kegagalan kerja dari sistem pengaman, maka pengamanan sistem
tenaga listrik dibuat berlapis menjadi dua kelompok, yaitu pengaman utama dan
pengaman cadangan. Pengaman utama akan segera bekerja jika terjadi gangguan,
sedangkan pengaman cadangan akan bekerja jika pengaman utama gagal bekerja. Kegagalan
kerja dari sistem pengaman disebabkan oleh salah satu elemen pengaman tersebut.
1.
Pengaman Utama
Daerah
pengamanan seperti diuraikan sebelumnya memberikan gambaran tentang tugas dari
pengaman utama. Untuk relai cepat dan pemutus beban cepat, waktu mulainya
terjadinya gangguan sampai selesainya pembukaan pemutus beban maksimum 100 ms,
yaitu terdiri dari waktu kerja relai 20-40 ms dan waktu pembukaan pemutus beban
40-60 ms.
Pada
pengamanan jenis tertentu, misalnya pengamanan dengan relai arus lebih, waktu
kerjanya justru diperlambat untuk mendapatkan selektivitas karena terjadi
pengamanan yang tumpang-tindih dengan seksi berikutnya. Relai ini bertugas
selain sebagai pengaman utama pada daerahnya dan juga sekaligus merupakan
pengaman cadangan pada seksi berikutnya.
Elemen-elemen
pengaman utama terdiri atas relai, trafo tegangan, baterai (catu daya),
kumparan trip, dan pemutus tenaga. Kegagalan kerja pada elemen-elemen pengaman
utama dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Kegagalan pada relainya sendiri.
b. Kegagalan catu arus dan atau catu
tegangan ke relai. Hal ini dapat disebabkan kerusakan trafo arus atau trafo
tegangannya. Bisa juga rangkaian catu ke relai dari trafo tersebut terbuka atau
terhubung singkat.
c.
Kegagalan sistem catu arus searah
untuk triping pemutus beban. Hal ini disebabkan baterai lemah karena kurang
perawatan, terbuka, atau terhubung singkatnya arus searah.
d. Kegagalan pada pemutus tenaga.
Kegagalan ini dapat disebabkan karena kumparan trip tidak menerima catu,
terjadi kerusakan mekanis, atau kegagalan pemutusan arus karena besarnya arus
hubung singkat melampaui kemampuan dari pemutus bebannya.
Di
samping kegagalan di atas, pada pengaman tumpang-tindih (Gambar 2.5) dapat juga
terjadi gangguan pada titik x. gangguan itu dapat terjadi antara batas daerah
pengaman A dengan pemutus bebannya atau pengaman daerah telah bekerja dan
membuka pemutus tenaganya, tetapi gangguan tersebut belum hilang dari sistem.
Hal tersebut terjadi karena relai pengaman daerah A tidak mendeteksinya,
sehingga masih terdapat daerah mati.
2.
Gangguan Cadangan
Kegagalan
pada pengaman utama atau adanya daerah mati tersebut diatasi dengan menggunakan
pengaman cadangan. Pengaman cadangan umumnya mempunyai perlambatan waktu untuk
memberikan kesempatan pengaman utama bekerja lebih dahulu. Jika pengaman utama
gagal, maka pengaman cadangan bekerja.
Jenis
pengaman cadangan ada dua, yaitu pengaman cadangan setempat (local back up)
dan pengaman cadangan jauh (remote back up).
a.
Pengaman Cadangan Setempat
Pengaman
cadangan setempat merupakan sistem pengaman yang bekerja jika pengaman utamanya
gagal bekerja. Akan tetapi, jika pengamanannya masih gagal karena pemutus beban
gagal bekerja, maka relai tersebut akan memberikan perintah untuk membuka semua
pemutus beban yang ada kaitannya dengan pemutus beban tersebut.
Sistem
pengaman cadangan setempat umumnya digunakan pada sistem tenaga listrik dengan
tegangan ekstra tinggi. Dalam hal ini relai cadangan mempunyai kecepatan sama
dengan pengaman utamanya, karena sistem ini mempunyai pengaman ganda. Disebut
pengaman ganda, sebab trafo arus, baterai, maupun kumparan trip semuanya ganda.
Di Indonesia untuk sistem dengan tegangan tinggi, yaitu tegangan 150 KV dan 70
KV, biasanya pengaman cadangannya hanya berupa relai cadangan.
b.
Pengaman Cadangan Jauh
Pengaman
cadangan jauh merupakan pengaman yang digunakan untuk mengantisipasi adanya
kegagalan kerja pengaman di daerah tertentu. Dalam hal ini suatu gangguan pada
daerah tertentu akan dihilangkan atau dipisahkan oleh pengaman dari tempat lain
berikutnya (cadangan jauh).
Pengaman
cadangan jauh yang banyak dipakai adalah pengaman dengan relai arus lebih dan
pengaman dengan relai jarak. Pengaman cadangan jauh kurang memadai untuk sistem yang
besar, antara lain karena dapat gagal bekerja dan dapat terjadi triping yang
tidak diharapkan.
Daftar pustaka ya ada kah gan
BalasHapus